Dari Anak agung gede agung sampai Ali bin abu thalib




 Ini adalah kali ke-lima kunjunganku ke Lombok. 

Pertama kali sewaktu menikah di bulan maret 2014, kedua saat menjelang training t1/t2 di bulan april 2015. Saat itu fia berusia 3 bulan dan aku titip dia bersama mamanya pada keluarga di sini.

 Sebulan berikutnya aku datang menjenguk mereka dan seminggu menjelang training selesai menjemput aku dan membawa mereka kembali ke surabaya. Yang aku ingat malam menjelang pulang itu fia panas tinggi sampai kejang-kejang. Kami melarikannya ke klinik terdekat. Hampir batal kubawa mereka karena keluarga menahan. Tapi mamanya fia bersikeras pulang karena tiket sudah dibeli. 

Di bandara sempat kulihat kak sur menitik air matanya. Mungkin dalam hati dia juga tak rela ponakannya kubawa pulang dalam keadaan panas tinggi. Dua bulan fia di gendongannya dan tiap subuh dibawa berziarah ke makam almarhum orang tuanya, ke makam almarhum kakek-nenek fia. Momen-momen sedemikian itu menempatkan aku dan tentu, mamanya fia sebagai antagonis.

 Dan ini kali ke-lima aku ke lombok. Berbabur dengan segala kesederhanaan dan ketenangan di sini, makanku agak lahap. Hanya memang aku agak kaku jika berada di antara obrolan berbahasa sasak yang sama sekali tak kupaham. 

Tinggal di rumah yang tembok pagar mesjid tepat di sebelahnya, aku jadi rajin sholat berjamaah. 

Tak banyak memang temanku bisa mengobrol. Malam pertama sempat berbincang agak lama dengan iparnya mel. Suami kak eni. Yang dia ceritakan adalah sekelumit tentang sejarah lombok. 

Menurutnya, islam sudah lama menyebar di lombok ketika penguasa bali anak agung gede agung meluaskan kekuasaannya ke lombok bersama ajaran hindunya. Sebagian lombok barat bisa dikuasai tetapi ekspansinya tidak mampu menembus lombok tengah dan timur.

 Seorang jagoan utusan raja lombok yang muslim, berhasil menahan serangan tersebut. Si jagoan ditangkap, dimasukkan dalam kerangkeng dan direndam dalam air tiga hari tiga malam lamanya. 

Tiga malam kerangkeng diangkat tapi ajaibnya, si jagoan nampak sehat-sehat saja. Dalam bahasanya, si jagoan malah asyik merokok seolah tak terjadi apa-apa padanya. Direndam lagi kerangkengnya dan diangkat beberapa malam kemudian. 

Sama seperti sebelumnya. Tak nampak kesan bahwa si jagoan baru saja direndam air. Kerangkeng ditenggelamkan lagi. Apa yang terjadi setelah kerangkeng di angkat. Sang jagoan telah hilang entah ke mana. 

Semenjak itu anak agung gede agung pun mengaku kalah dan tak hendak melanjutkan ekspansinya lagi. Dianggapnya bahwa yang dilawan bukan lagi manusia tetapi mahluk gaib. 

Maka sepeninggal raja bli itu, agama hindu cuma bertahan di lombok barat. Lombok tengah dan timur masih kental keislamannya.   

Kalau dengan Hafifi, kakaknya mel obrolan lebih mengarah ke objek wisata di lombok. Pantai pink, gili, gunung rinjani. Sebagai sopir dia sering lgantar turis lokal maupun mancanegara ke berbagai tempat wisata di lombok. Namun yang masih teringat ketika dia ceritakan tentang suku asli sasak di bayan. Komunitas suku badui itu tinggal di tengah hutan dan masih menjaga adat-istiadat. Listrik tak ada, barang elektronik tak terpakai. Makan menanam padi sendiri. Lauknya ikan ditangkap sendiri. Atau rusa yang diburu dengan sumpit panjang dari timah. Dari sana islam menancap di gumi Lombok. Ditandai dengan keberadaan mesjid kuno. Walau demikian mesjid tersebut tak dipakai lagi untuk sholat lima waktu. Hanya pada perayaan hari-hari besar tertentu saja mesjid tersebut dibuka. Misalnya maulid atau hari raya kurban. Sholat dilakukkan di mesjid lain. Pada komunitas inilah dikenal pula sholat wetu telu, sholat tiga kali saja dalam sehari-semalam. Yang lebih aneh lagi adalah ritual sholat yang dilakukan setelah menenggak minuman keras. Orang sholat dalam keadaan teler. Aku pikir mungkin ajaran islam belum mereka terima secara kaffah. Hadits nabi yang mengharamkan khamar belum sampai ke mereka. Jadi mereka melaksanakan sholat seperti Ali bin Abu Thalib sebelum ada larangan minum minuman keras. Yah, aku jadi ingat bahwa khalifah ke-4 yang sangat dikagumi oleh syiah itu memiliki riwayat yang menurutku, maaf, lucu-lucu. Ini menjadikan tokoh yang satu ini amat manusiawi. Ali pernah diegur keras oleh nabi karena bermalas-malasan. Pernah diobati karena sakit mata. Pernah berhadas dan karena tidak ada air lalu mengguling-gulingkan badannya ke pasir. Terakhir, sholat dalam keadaan mabuk alkohol sampai-sampai terbalik melafalkan surah al kafirun. Aku yakin di bawah pengaruh alkohol, para jamaah di bayan pun tidak akan sempurna bacaan sholatnya. Buwuh, 5 agustus 1

Comments

Popular posts from this blog

Bongkar-pasang main wheel

Inspeksi Harian Pesawat Terbang 4 - Nose Landing Gear and doors

Inspeksi harian pesawat terbang 15 - cek peralatan keselamatan di cabin