Pantai Sire Dan Pantai Malimbu
Setelah berangin-angin di pusuk sembalun, menikmati jernihnya koko puteh dan menggigil di kejatuhan air terjun sendang gile, tiba giliran untuk menjejaki pantai lombok.
Pada 8 Agustus kira-kira pukul satu siang, meluncur lagi kami sekeluarga dalam satu mobil avanza sewaan ke pesisir lombok utara. Jalanan mendaki memasuki hutan di perbatasan lombok barat dan utara. Setelah masuk pintu gerbang lombok utara perjalanan berkelok menurun. Kiri-kanan hanya pepohonan tinggi dan monyet-monyet berjemur di atas pokok kayu. Yang lain berkerumun dalam kelompok kecil-dua tiga ekor di pinggir jalan lagi asyik mencari kutu. Ada juga yang cuma menggaruk-garuk kepala saja seperti manusia kalah taruhan sambil mengawasi kendaraan yang lewat.
Setelah kurang lebih sejam perjalanan, sampailah kami di sebuah pantai berpasir putih yang indah bernama Pantai Sire. Pantai tersebut nampak melingkari sebuah teluk. Beberapa meter bibir pantai yang terendam air masih kelihatan putih berkilau diterpa mentari sore.
Nampak di kejauhan ada dermaga kecil dan beberapa perahu kayu sedang bersauh. Ada juga perahu yang lambung depannya bertumpu ke pasir sedang pantatnya masih mengapung di permukaan air. Beberapa orang nelayan sibuk mengerjakan sesuatu di perahu itu. Mungkin sedang memasangi mesin baru.
Beberapa warung jajanan berdiri di pinggir pantai. Menandakan bahwa pantai ini sering dikunjungi walau tak kelihatan ada pengunjung selain kami hari itu. Masuj ke kawasan pantai ini tak dipungut bayaran.
Anak-anak, termasuk fia dan sepupu-sepupunya:Nazril, Bilal dan Mira, sudah tidak sabar ingin berenang. Sedang aku yang ditugasi mengawasi mereka memutuskan untuk melihat-lihat dulu. Kuperhatikan bahwa pantai ini terbilang cukup mempesona untuk berselfie. Pemandangan pasir putih dilatari pegunungan, dermaga dan perumahan penduduk cukup layak dipajang di medsos. Tapi nampaknya tidak terlalu cocok untuk dipakai berenang. Saat itu memang ada terlihat orang berendam tapi sepertinya bukan pengunjung. Mereka adalah nelayan yang sedang memasang jaring atau mungkin bubu ikan. Dari kejauhan hanya kelihatan kepala mereka mendongak-dongak di permukaan air.
Aku sendiri coba turun ke air dan menebak bahwa orang agak ogah berenang di sini karena sampah di mana-mana. Plastik dan bungkusan makanan, ditambah daun pama mengonggok sana-sini. Hanya beberapa meter saja di bawah permukaan air yang pasirnya tampak putih. Selebihnya terlihat hijau kehitaman oleh tumbuhan laut. Saat berpijak di pasir dekat tumbuhan itu, pasirnya terasa sangat lunak seolah bercampur lumpur. Di telapak kaki terasa geli. Dan memang selain aku dan anak-anak, tak ada anggota rombongan kami yang tertarik untuk berenang.
Jadi karena dianggap bahwa pantai ini belumlah cukup untuk memenuhi dahaga berwisata, rombongan pun mengepak barang dan mencari pantai lain. Perjalanan menyusur pesisir yang berkelok terasa mengerikan karena di beberapa tempat ada tikungan tajam. Jalanan yang mulus itu bikin orang bernafsu ngebut dengan asyiknya.
Kekecewaan terhadap pantai si
ire terbayar sedikit saat singgah berfoto sebuah ketinggisn di tikungan jalan. Dilatar belakangi sebuah teluk dan pantai membiru, pada tempat itu dipasangi plang nama, "MALAKA".
Dan akhirnya tibalah kami di sebuah pantai yang kendati berpasir hitam tetapi cukup bersih. Inilah Pantai Malimbu. Ombaknya yang sebesar kasur mengguliri pasir, menggulung dan membuih, menyeret pasir ke kedalaman. Lalu datang lagi gelungan ombak berikutnya, bergemuruh, menyeret diri dan menghempas ke tepian.
Terlihat beberapa remaja berenang dan bermain perahu di ujung teluk. Perahu mereka oleng dan terjungkit-jungkit dipermainkan gelombang.
Di ujung teluk yang satunya sebuah batu besar mencongak ke permukaan air, bisu dan kesepian. Segera kami terjun ke air dan menadahkan badan ke arah ombak. Bersorak riuh dalam gulungannya, membiarkan diri terseret ke tepian lalu tersedak ketika tidak sengaja menelan air asin. Hidung perih, mata memerah tapi bibir tersenyum.
Setelah capek berenang, badan kedinginan, perut pun melompong. Bersihkan badan di sumur terdekat. Sumur yang airnya ditimba dengan tali katrol dan dituang ke dalam kendil di dalam kamar mandi darurat. Kemudian duduk manis di atas bale bambu. Nasi yang dibawa dari rumah, sepiring plecing kangkung dan seekor ikan kerapu bakar yang disantap beramai pun mengobati kecapekan, kedinginan dan kelaparan itu.
Jangan lupa menunggu sunset di Malimbu. Cahaya keemasan mentari sesaat sebelum menyelami horizon laut adalah latar yang elok untuk berfoto.



Comments
Post a Comment