Catatan Pulang Kampung-Semalam Di Maros


  Kami lepas landas kira-kira pukul 4 sore dari Juanda dan mendarat di Hasanuddin, Makassar menjelang maghrib.     Rencana ke Selayar esok harinya. Tiketnya jam 8 pagi. Jadi kami harus menginap di Makassar dulu. Penerbangan dari Makassar ke Selayar sendiri cuma satu kali dalam sehari. Kami beruntung, ada teman di dekat airport, teman kerjaku dulu yang siap menampung kami menginap di rumahnya. Subhan menjemput kami di bandara dengan mobil dan membawa kami menginap di rumah orang tuanya.






  1. Walaupun sudah masuk kemarau tetapi Maros di malam hari alangkah dinginnya. Di rumah orang tuanya Cube, panggilan akrab Subhan, kami disambut dengan keramahan ala Makassar. Keluar minuman teh dan kopi serta pisang goreng. Kakaknya Cube yang ikut tinggal di rumah itu buka cerita bahwa sudah kebiasaan orang bugis-makassar menyuguhi tamu yang pulang dari bepergian jauh dengan minuman teh untuk meredam mabuk kendaraan. Tradisi yang tidak jauh beda dengan Selayar, karena toh bugis, Makassar dan Selayar masih satu rumpun suku.     Ayah-ibunya yang telah naik ke tanah suci dipanggil dengan sebutan, "Ajji(haji)" oleh anak-cucu atau siapa saja di daerah itu. Di Selayar pun demikian. Maka di rumah itu aku sendiri sudah merasa seperti berada di Selayar.     Satu lagi pertanda bahwa aku sudah di Makassar yakni makan dengan lauk utama, ikan.

Comments

Popular posts from this blog

Bongkar-pasang main wheel

Inspeksi Harian Pesawat Terbang 4 - Nose Landing Gear and doors

Inspeksi harian pesawat terbang 15 - cek peralatan keselamatan di cabin